As a young men, we need more, and more, and more experiences. Ini ungkapan yang sering kita dengar, bahwa pemuda itu adalah orang yang masih butuh belajar, pengalaman, dan mengasa diri sebelum terjun ke masyarakat..
Ketika saat ini pemuda di Tanya apa sih yang telah kita konstribusikan untuk dunia di usia muda kita saat ini ? pertanyaan yang cukup membingungkan dan membuat otak kebanyaka para pemuda menjadi panas.
Kenapa ? karena hampir semua diantara kita masih bingung atau mungkin sama sekali tidak punya kontribusi untuk agama, bangsa, dan dunia.
Di kesempatan kali ini saya ingin mengajak kawan-kawan semua untuk sejenak mundur ke sekitar 1400-an tahun yang lalu. Ya ketika nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa sallam di utus kedunia untuk membimbing kembali manusia ke jalan yang seharusnya mereka jalani.
Tentu sudah terlalu sering kita mendengarkan kisah beliau, sallallahu ‘alaihi wa sallam, tentang kesempurnaan akhlaknya, tentang perawakan fisiknya, untuk apa beliau di utus, bagaimana proses dakwah beliau yang panjang, dan ribuan bahkan jutaan kisah dan pelajaran yang tidak akan pernah ada habisnya kita dapatkan ketika membahas tentang Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dikesempatan kali ini, saya ingin mengulas sedikit pelajaran yang bisa kita dapatkan dari beliau, TENTANG BAGAIMANA BELIAU, MEMBINA, MEMBIMBING, DAN MENGORBITKAN KEKUATAN PARA PEMUDA. Ini adalah salah satu sisi yang paling menarik untuk kita bahas, betapa para pemuda pada waktu itu di usia yang masih sangat belia punya tempat, punya kemampuan, dan punya kapasitas untuk menjadi orang yang besar, berpengaruh, dan berkontribusi untuk agama dan dunia.
Tidak ada pernyataan seperti di atas yang muncul, bahwa pemuda harus belajar terus dan mempersiapkan diri untuk kelak terjun di masyarakat. Kenapa ? karena pada usia pemuda bahkan yang masih belia sekalipun mereka telah mampu mengorbitkan diri di tengah-tengah masyarakat. Mengambil peran strategis, menjadi pemeran utama yang di segani dan di akui. Mari kita ulas beberapa diantara mereka :
Yang pertama adalah Az Zubair bin Awwam. Ia adalah sosok pemuda teman diskusi Rasulullah, anggota pasukan berkuda, tentara yang pemberani, pemimpin dakwah Islam di zamannya dalam usia 15 tahun. Coba bayangkan kawan, di usia yang masih sangat belia tersebut, yang kalau kita bandingkan dengan zaman ini berarti usianya sebanding dengan anak SMA kelas 1. Tapi lihatlah prestasinya, dia telah memiliki kepribadian sebagai seorang pemimpin, pemberani, kesatria, dan berpikiran matang, terbukti Az Zubair menjadi teman diskusi nabi di usia yang masih sangat belia.
Selanjutnya ada Sa’ad bin Abi Waqash, seorang ksatria berkuda Muslimin paling berani di saat usianya baru menginjak 17 tahun. Ia dikenal sebagai pemanah terbaik, sahabat utama yang pertama kali mengalirkan darahnya untuk Islam, lelaki yang disebut Rasulullah sebagai penduduk surga.
Zaid bin Tsabit, mendaftar jihad fii sabilillah sejak usia 13 tahun, pemuda jenius mahir baca-tulis. Hingga Rasulullah bersabda memberi perintah: “Wahai Zaid, tulislah….”. Ia mendapat tugas maha berat, menghimpun wahyu, di usia 21 tahun.
Juga Usamah bin Zaid, namanya terkenal harum sejak usia 12 tahun, mukmin tangguh dan muslim yang kuat, Rasulullah menunjuknya sebagai panglima perang di usianya yang ke-20 dan memimpin armada perang menggempur negara adikuasa Romawi di perbatasan Syiria dengan kemenangan gemilang.
Kisah selengkapnya bisa anda baca di http://www.fimadani.com/bangkitlah-wahai-pemuda-islam/
Poin pentingnya adalah usia mereka yang masih belasan tahun tapi sudah punya konstribusi yang besar untuk agama dan bangsa. Tidak hanya pada generasi mereka, generasi setelah para sahabat yang tetap menjaga kemurnian ajaran Islam juga mampu melahirkan sosok-sosok pemuda tangguh yang mengorbit di usia yang masih sangat muda. Kondisi yang tentunya sangat jauh dengan kita hari ini bukan?
Saat ini, kita kadang telah berusia 25 tahun ke atas, tapi sama sekali belum memiliki prestasi, kalaupun berprestasi mungkin harus menunggu hingga kepala 3, 4, atau 5. Pemuda hari ini tidak di percaya untuk menjadi sekertaris keperesidenan, menjadi menteri, atau pemimpin dalam sebuah jabatan yang amat penting. Tentu ini memberikan gambaran betapa kualitas kita saat ini sangat jauh berbeda dengan kualitas para generasi muda di zaman rasulullah.
Maka tugas kita kawan, mengembalikan kembali masa-masa dimana pemuda di usia yang masih sangat belia tetapi telah mampu menjadi sosok pemimpin yang tangguh, berkepribadian yang luhur, dan siap untuk berkontribusi untuk agama dan bangsa. Caranya bagaimana kembali kepada cara Rasulullah membina dan mempersiapkan generasi. Karena Rasulullah hadir dan diutus ketengah-tengah manusia untuk di teladani, di ikuti, dan diamalkan ajarannya. Bukan hanya sekedar di kenang dan di kagumi seperti yang kebanyakan pengikutnya lakukaka saat ini.
Amirullah,
Bandung, 12 Dzulqaidah 1437 H/ 16 Agustus 2016
Di Gubuk Pendidikan
pengalaman itu emang jadi jati diri banget ya
truly right Mba 🙂