//
you're reading
Catatan, Konseling, Pendidikan, psikologi Pendidikan

REMAJA

disusun oleh M. Amirullah (Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling UNM Makassar 2010)

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masa remaja adalah masa yang pasti dilalui oleh setiap insan manusia yang telah dewasa. di masa ini seorang manusia benar-benar dihadapkan dengan situasi yang berbeda. Remaja dibebani dengan sekian banyak tanggung jawab yang harus dipikul olehnya sebagai remaja, namun disamping itu remaja juga tidak bisa terlepas begitu saja dengan sifat kekanak-kanakan yang masih dimiliki olehnya. Hal ini tentu menjadi sebuah masalah namun hal ini juga sangat wajar karena remaja adalah masa peralihan antara usia akhir kanak-kanak menuju awal kedewasaan.
Proses yang dihadapi oleh remaja merupakan proses yang menjadikan remaja belajar bagimana menjadi seorang yang dewasa, tentu tidak dengan cara yang instan namun semua itu butuh proses untuk mendapatkan kematangan sebagai seorang yang dewasa dalam hal ini adalah kematangan emosi. Proses belajar itu didapatkan remaja dari permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh remaja. Makin banyak masalah yang dihadapi maka makin banyak proses pembelajaran yang didapatkan oleh remaja.
Masalah-masalah yang dihadapi oleh remaja menjadi pembelajaran bagi mereka, namun perlu kita ingat bahwa remaja bukanlah makhluk super yang mampu menghadapi masalahnya sendiri tanpa bimbingan dan arahan dari orang tua dan guru pembimbing. Oleh karena sifat remaja yang penuh gejolak maka perlu ada arahan dan bimbingan dari orang-orang yang betul-betul paham akan masalah remaja.
Penulis meihat ini sebagai sebuah fenomena yang menarik untuk dibahas karena berhubungan dengan tugas seorang guru bimbingan dan konseling yang sudah sepatutnya membimbing dan membantu remaja di sekolah untuk mencari bersama jalan kelar dalam penyaluran potensi yang dimilikinya sehingga tidak menjadi sebuah kerugian bagi remaja itu sendiri. Berangkat dari fenomena ini penulis tertarik untuk membahas hal ini dalam sebuah karya tulis ilmiah dengan judul Masa Remaja dan Karekteristik yang Dimilikinya

A. Defenisi Masa Remaja
Masa remaja adalah masa di mana seseorang membentuk atau mulai membangun siapa dirinya atau jati dirinya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diuraikan pengertian remaja sebagai berikut:
Remaja a mulai dewasa; sudah sampai umur untuk kawin:, bukan kanak-kanak lagi; 2a muda; 3 n pemuda:
B. Ciri-ciri masa remaja
Menurut Hurlock (Nadia Meutia. http://www.masbow.com) ciri-ciri masa remaja adalah sebagai berikut :
a. Masa remaja sebagai periode yang penting, karena perkembangan fisik, mental yang cepat dan penting dan adanya penyesuaian mental dan pembentukan sikap, nilai dan minat baru.
b. Masa remaja sebagai periode peralihan, adanya suatu perubahan sikap dan perilaku dari anak-anak ke menuju dewasa.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan, karena ada 5 perubahan yang bersifat universal yaitu perubahan emosi, tubuh, minat dan pola perilaku, dan perubahan nilai.
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah, karena pada masa kanak-kanak masalah-masalahnya sebagian besar diselesikan oleh guru dan orang tua sehingga kebanyakan remaja kurang berpengalaman dalam mengatasi masalah.
e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas, karena remaja berusaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya.
f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan, karena adanya anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapih, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak, menyebabkan orang dewasa harus membimbing dan mengawasi.
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik. Karena remaja melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita.
h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa, karena remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan orang dewasa..
sebetulnya remaja sulit didefenisikan secara mutlak. Oleh karena itu dicoba untuk memahami remaja menurut berbagai sudut pandang antara lain PBB dalam hal ini WHO, dan pengertian remaja menurut pandangan masyarakat Indonesia.
1. Defenisi Remaja menurut WHO
WHO adalah organisasi yang dibawahi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan bertugas di bagian keshatan. Menurut WHO, remaja adalah individu yang memiliki usia antara 10 – 22 tahun. WHO menyatakan batasan usia tersebut baik bagi wanita maupun laki-laki walaupun defenisi tersebut didasarkan pada usia kesuburab wanita. WHO membagi kurung usia remaja dalam dua bagian, yaitu remaja awal 10 – 14 tahu, dan remaja akhir 15 – 20 tahun.
2. Defenisi Remaja dalam Masyarakat Indonesia
Sebenarnya tidak ada profit remaja Indonesia yang seragam dan berlaku secara nasioanl. Hal ini disebabkan karena Indonesia terdiri dari berbagai macam suku yang tentu saja memiliki adat yang berbeda-beda. Begitupun dengan status social-ekonomi serta pendidikan.
Sebagai pedoman umum untuk remaja Indonesia dapat digunakan batasan usia 11 – 24 tahun dan belum menikah. Hal ini didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
 Usia 11 tahun adalah usia dimana pada umumnya tanda-tanda seksual sekunder mulai Nampak
 Di banyak masyarakat Indonesia, usia 11 tahun dianggap telah balik, baik menurut agama dan adat, sehingga masyarakat tidak lagi memperlakukan mereka sebagai anak-anak (criteria sosoal)
 Batasan usia 24 tahun merupakan batasan maksimal, yaitu untuk memberi peluang bagi mereka yang sampai pada usia tersbut masih menggantungkan diri pada orang tua, belum mempunyai hak-hak penuh sebagai orang dewasa secara tradisi.
 Yang terakhir adalah status perkawinan. Status perkawinan di Indonesia sangat menentukan, hal ini disebabkan arti perkawinan di masyarakat Indonesia masih sangat penting. Seorang yang telah menikah pada usia berapapun dianggap dan diperlakukan sebagai orang dewasa penuh, baik secara hokum maupun dalam kehidupan masyarakat dan keluarga.

C. Klasifikasi Remaja
Yang dikatakan remaja, dipandang dari segi usia adalah anak usia sekitar 11 – 12 tahun hingga usia sekitar 20 tahun. Berikut ini adalah klasifikasi remaja berdasarkan tahap-tahap usia yang dilaluinya menurut Pdt. Dr. Paul Gunadi.
1. Usia sekitar 12 – 14 tahun. Pada tahap ini pergumulan remaja biasanya berkaitan dengan penerimaan diri secara jasmaniah. Biasanya yang menjadi masalah adalah dia tidak menyukai bagian-bagian tubuhnya atau dia tidak bisa menerima dirinya apa adanya. Kegagalan untuk bisa menerima diri secara fisik, bisa membuahkan kekurangpercayaan diri.
2. Usia sekitar 15 – 18 tahun. Pada usia ini pergumulan remaja biasanya berkaitan dengan penerimaan lingkungan teman-temannya terhadap dirinya ini. Apakah teman-temannya bisa menerimanya sebagai seseorang yang masuk dalam kelompok mereka. Ini sering kali menjadi dilema buat orang tua, karena adakalanya kelompok anak akan memaksakan seorang anak melakukan hal-hal yang tidak setujui oleh orang tua. Orang tua harus berhati-hati dalam merespon hal ini, adakalanya orang tua terlalu terburu-buru memisahkan anak dari lingkungannya sehingga anak itu tidak pernah benar-benar bergumul dengan tantangan yang ada di depannya atau ada anak yang justru kebalikannya terjun masuk ke dalam kelompoknya dan menanggalkan nilai-nilai supaya teman-teman bisa menerimanya.
3. Usia 19 tahun hingga 20 atau 21 tahun. Ini memang sudah tumpang tindih dengan tahapan dewasa awal, sebab memang transisinya masuk ke tahapan dewasa awal. Pergumulan remaja pada tahap ini berkisar pada kemampuan pribadinya membangun karier. Jadi pertanyaan-pertanyaan yang akan menjadi pergumulannya adalah mampukah saya masuk ke sekolah tertentu, mampukah saya masuk ke jurusan yang saya inginkan. Atau kalau dia ingin bekerja, mampukah saya memulai pekerjaan saya, mampu tidak saya meniti karier saya. Pada tahap ini ada dua kata yang dihadapi oeh remaja yaitu kata kemampuan dan kesempatan. Tidak semua orang mempunyai kemampuan yang sama dan tidak seorang pun mempunyai kesempatan yang sama. Kemungkinan-krmungkinan ini bisa menjadi factor penghambat sehingga remaja mendapatkan jalan buntu dalam proses pengambilan keputusan.

A. Analisis
1. Karakteristik Remaja
Menurut A. Razak Daruma (2008) seorang remaja berada pada batas peralihan kehidupan anak dan dewasa. tubuhnya kelihatan sudah dewasa, akan tetapi bila ia diperlakukan seperti orang dewasa ia gagal menunjukkan kedewasaannya. Pada sering trerlihat cirri-ciri yakni kegelisahan, pertentangan, berkeinginan besar untuk mencoba segala hal yang baru, keinginan menjelajah alam sekitar yang lebih luas, menghayal dan berfantasi, aktivitas berkelompok.
Banyak orang tua melihat remaja mereka berubah dari seorang anak yang selalu menjadi seseorang yang tidak mau menurut, melawan, dan menantang standar-standar orang tua. Bila ini terjadi, orang tua cenderung berusaha mengendalikan dengan keras dan memberi lebih banyak tekanan kepada remaja agar mentaati standar-standar orang tua.
Para orang tua sering menganggap bahwa masa remaja sebagai periode badai dan tekanan. Padahal hal ini disebabkan karenamasa remaja merupakan suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Hal ini terutama karena mereka berada dibawah tekanan social dan menghadapi kondisi baru, sedangkan selama masa kanak-kanak ia kurang mempersiapkan diri menghadapi keadaan-keadaan itu. Tidak semua remaja mengalami masa tekanan ini, namun benar bila sebagian remaja mengalami ketidkastabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola dan harapan baru social.

2. Jenis Emosi yang Dihadapi remaja
Menurut A. Razak Daruma (2008) pola yang dihadapi pada masa remaja adalah pola emosi yang secara normal jenis-jenis emosi yang dihadapi tersebut adalah:
• Cinta/ kasih sayang
Factor penting dalam kehidupan remaja adalah kapasitasnya untuk mencintai orang lain dan kebutuhannya dan mendapatan cinta orang lain. Kemampuan untuk menerima cinta sama dengan kemampuan memberinya
Walaupun remaja bergerak ke dunia yang luas, dalam dirinya masih ada sifat kanak-kanaknya. Remaja membutuhkan kasih sayang dirumah, sama banyaknya dengan apa yang mereka alami tahun-tahun sebelumnya. Nampaknya tidak ada manusia, juga remaja yang hidup bahagia dan sehat tanpa cinta dari orang lain termasuk lawan jenisnya. Walaupun kebutuhan untuk member dan menerima cinta menjadi sangat penting, walaupun kebutuhan-kebutuhan perasaan itu disembunykan secara rapi. Para remaja yang berontak secara terang-terangan, nakal, dan memunyai sikap permusuhan biasanya dilandasi oleh kurangnya rasa cinta dan dicintai yang tidak disadari
• Gembira
Perasaan gembira dari remaja tidak banyak diteliti daripada perasaan-perasaan lain seperti marah dan takut, serta problema lain yang memanyulkan kesedihan. Bila segala sesuatunya berlangsung baik lmaka remaja mengalalmi kegembiraan, demikian pula saat dierima menjadi sahabat, bila ia jatuh cinta, dan cintanya diterima.
• Kemarahan dan permusuhan
Rasa marah merupakan perasaan penting diantara emosi yang memainkan peranan yang menonjol dalam perkembangan kepribadian. Dimasa remaja banyak fase yang telah dilaluidalam perkembangan termasuk dengan hal yang membuat ia marah dan cara menyatakan marah itu. Kondisi-kondisi dasar yang menyebabkan timbulnya rasa marah kurang lebih sama, tetapi ada beberapa perubahan sehubungan dengan umurnya dalam kondisi-kondisi tertentu yang menyebabkan rasa marah. Banyaknya hambatan yang mnyebabkan remaja kehilangan kendali terhadap rasa marahnya, mempunyai sedikit pengaruh pada remaja, tetapi rasa marahnya terus berlanjut pemunculannya apabila minat-minatnya, rencana-rencanya, tindakan-tindakannya dirintangi.

• Ketakutan dan kecemasan
Menjelang anak mendekati masa remaja dia telah mengalami serangkaian perkembangan yang panjang yang mempengaruhi pasang surut dari rasa ketakutan. Bebrapa rasa takut yang terdahulu telah teratasi, tetapi banyak yang masih tetp ada. Bahkan banyak ketakutan-ketakutan baru muncul karena adanya kecemasan-kecemasan dan rasa berani yang bersamaan dengan perkembangan remaja itu sendiri. beberapa orang diantara mereka merasa takut pada saat dalam bahaya, dan yang lain merasa takut secara berulang-ulang dengan kejadian dalam kehidupan sehari-hari, atau karean mimpi-mimpi, bahkan karena pikiran-pikiran mereka sendiri.

3. Faktor Penyebab karakteristik Negatif Pada Remaja
Adapun karakteristik remaja yang sering sekali menimbulkan masalah bisa muncul karena disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal) maupun faktor dari luar (eksternal).

Faktor internal:
1. Krisis identitas
Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
2. Kontrol diri yang lemah
Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.

Faktor eksternal:
1. Keluarga
Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
2. Teman sebaya yang kurang baik
3. Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.

B. Sintesis
Untuk mencegah karakteristik yang dapat merugikan pada diri remaja maka sebaiknya orang tua dan guru maka harus dilakukan langkah-langkah yang bersifat membimbing dan mengarahkan dari guru dan orang tua. Banyak orang tua melihat remaja mereka berubah dari seorang anak yang selalu menjadi seseorang yang tidak mau menurut, melawan, dan menantang standar-standar orang tua. Bila ini terjadi, orang tua cenderung berusaha mengendalikan dengan keras dan member lebih banyak tekanan kepada remaja agar mentaati standar-standar orang tua.
1. Peranan Orang Tua
Orang tua memiliki peran penting dalam pengembangan karakteristik anak yang baik adapun langkan-langkah yang seharusnya dilakukan oleh orang tua adalah:
 Orang tua harus mengenal anaknya dengan baik, sehingga dia bisa melihat anaknya itu dengan tepat. Kemampuannya apa yang dimiliki oleh anaknya, dan arahan apa yang seharusnya dilakukan agar kemampuannya tersebut dapat tersalurkan
 Orang tua harus memiliki hubungan yang baik dengan anak, ini penting sekali sebab mustahil anak mendengar orang tua kalau hubungannya dengan orang tua buruk. Hubungan yang baik juga adalah wadah di mana anak lebih berani untuk mengemukakan segala permasalahannya
Dari uraian tersebut, ada baiknya jika kita dapat mengurangi konflik yang terjadi dengan orang tua dan remaja. Berikut ada beberapa strategi yang dapat orang tua lakukan adalah:
 menetapkan aturan-aturan dasar bagi pemecahan konflik.
 Mencoba mencapai suatu pemahaman timbal balik.
 Mencoba melakukan corah pendapat (brainstorming).
 Mencoba bersepakat tentang satu atau lebih pemecahan masalah.
 Menulis kesepakatan.
 Menetapkan waktu bagi suatu tindak lanjut untuk melihat kemajuan yang telah dicapai.
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dilakukan, maka penulis memberikan model pemecahan masalah sebagai berikut:

Karakteristik yang dimiliki remaja bagi sebagian orang merupakan hal yang merugikan. Namun remaja memilki hal yang tidak dimiliki oleh anak-anak dan orang tua. Dua hal tersebut adalah kemampuan otak dan otot.
Remaja memiliki kemampuan otak yang lebih abik dari anak-anak dan kemampuan otot yang lebih dibandingkan dengan orang tua. Bagaimnapun kelincahan dan keaktifan anak-anak, mereka belum mampu berpikir secara baik seperti dengan remaja. Begitupun dengan orang tua, bagaimana pun hebatnya kemampuan berpikir orang dewasa namun terkedng mereka terkendala pada masalah kebugaran, tenaga, dan kekuatan. Berbeda dengan remaja yang masih kuat dan telah mampu berpikir dengan lebih baik dibandingkan dengan anak-anak.
untuk mengembangkan karakteristik remaja kearah yang posotof maka diperlukan komunikasi yang baik antara orang tua dan anak remaja. Begitupun dengan peran guru pembimbing. Guru pembimbing berperan sebagai mediasi yang dapat memberikan bantuan kepada remaja dalam mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapinya.

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut
Kita mengetahui bahwasanya masa remaja adalah masa penuh pergolakan pemikiran, namun karena pondasi dasar pemikiran di saat itu belum begitu kuat, maka ia rentan menghadapi banyak ancaman dan masalah. Oleh karena itu kita sebagai guru pembimbing dan orang tua perlu membantu mereka dalam mengembangkan keilmuan, berpikir secara sehat dan jernih dan berbuat amal kebajikan serta mengingat Allah dalam semua aktifitas yang mereka geluti, sehingga karakteristik remaja yang sangat bergejolak di usianya itu dapat kita hindarkan kedalam hal-hal yang bersifat merugikan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dalam karya tulisn ini maka penulis mengemukakan saran sebagai berikut:
 Bagi orang tua seharusnya membangun komunikasi yang baik terhadap remaja, karena dengan komunikasi yang baik ini hubungan antara orang tua dan anak akan menjadi sebuah hubungan harmonis yang dapat menekan timbulmnya gejolak0gejolak dalam diri remaja yang akan membawanya kearah yang negative.
 bagi guru pembimbing diharapkan lebih membangun komunikasi tidak hanya terhadap remaja (anak didik), tapi juga membangun komunikasi dengan orang tua murid. Dengan demikian pemecahan masalah yang dihadapi oleh ramaja baik yang berhbungan denga oeang tua itu sendiri ataupun dengan teman sebaya dapat terselesaikan dengan cepat.

DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
Al-Mighwar, Muhammad. 2006. Psikologi Remaja. Bandung: Pustaka Setia Bandung.
Daruma, A. RAzak., Samad, Sulaiman., & Mustafa. 2008. Perkembangan Peserta didik. Makassar: PENERBIT FIP – UNM.
Sumber WEB:
Arya. 2009. Karakteristik Remaja .From: http://belajarpsikologi.com/karakteristik-remaja/ . 4 Desember 2010.
Mostafa Nasiri. 2009. Kiat Memahami Gejolak Pikiran Remaja. From: http://taghrib.ir/indonesia/index.php?option=com_content&view=article&id=105%3Akiat-memahami-gejolak-pikiran-remaja-&catid=62%3Asayere-mozuat&Itemid=86 . 4 desember 2010.
Nadia Meutia. 2009. Psikologi Remaja dan Permasalahannya. From: http://.www.masbow.com/psikologi-remaja-dan-permasalahannya/. 16 Desember 2011.
Pdt. Dr. Paul Gunadi . 2008. Gejolak Pertumbuhan Remaja. From: http://www.telaga.org/audio/gejolak_pertumbuhan_remaja_2. 4 Desember 2010

Discussion

No comments yet.

Mari Berikan Komentar

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: